Madura Lumbung Santri dan Intelektual

Senin, 06 Juli 2015

INI CERITA DIBALIK PERNIKAHAN YANG UNIK “AKU INGIN KAMU MENJADI IBU & USTADZAH BAGI ANAK2KU”


Pada suatu hari seorang kepala sekolah muda yang masih single memanggil ustadzah pengabdian/tugas dari sebuah pondok pesantren yang sebentar lagi masa tugasnya habis dan harus kembali ke pondoknya.
Kepsek          : “Ustadhah, sampean kira2 satu bulan lg... hemm... selesai masa tugasnya ya..? (kepsek mengawali pembicaraan)
Ustadhah     : “Ya pak, emang ada pa? (Ustadzah bertanya tidak mengerti, karna udah hampir satu tahun tugas baru kali ini dipanggil ke kantor kepsek, karna sepengetahuannya kepsek ini sangat cool dan disiplin sehingga para guru sungkan dan ditakuti oleh siswanya)
Kepsek        : “ya... aq merasa ada perbedaan guru tugas yg dulu dgn yg sekarang... (sambil menghela nafas)”skrg ini aq kok merasa kehilangan”
Ustadzah       : ”kehilangan apa pak?” (Ustadzah tambah tidak mengerti)
Kepsek      : ”Hemmm...  ya udahlah, kamu boleh kluar sekarang selesaikan tugas2 semuanya sebelum km pulang, jangan lupa juga latih anak kelas akhir biar acara perpisahan lebih meriah. Oia minta nomer HP kamu biar nanti kalo ada perlu sesuatu aq bisa nelpon kamu” (kepsek berkata dgn tegas untuk mengalihkan pembicaraan, yg sebenarnya yg mau di ucapkan adalah “Aq merasa kehilangan kamu” tp disimpennya perasaan itu dalam2 agar tidak ktahuan siapapun)
Ustadzah     : ”Ya pak (Setelah memberikan no HP lgsg keluar kantor tanpa peduli kalo kepsekx memandangx dari belakang sampai hilang bayangannya)
                Udah hampir satu minggu, kejadian kemaren membuat kepsek sulit tidur, tapi setiap hari dilihatnya si ustadzah cuek aja sibuk dgn melatih siswa persiapan wisuda seperti tidak pernah terjadi apa2, akhirnya kepsek ingat no HP yg disimpannya. setelah sholat isyak kepsek memberanikan diri menelponnya.
Kepsek                : “Halo.. Assalamualikum!”
Ustadzaah           : “Waalaikum salam, da pa pak?”
Kepsek                :”Gimana persiapan perpisahan & wisuda nanti, ustadzah?”
Ustadzah           : “Insyaallah anak2 udah siap pak, tp sbagian msh belum maksimal dan perlu nambah jam latihan pak.
Kepsek           : “Oia gak pa2 tambahi aja jam latihannya, aq serahkan tuk acara nanti k sampean semuanya, yang penting ketika acara anak2 bisa tampil bagus”
                Tanpa disadari keduanya semakin akrab, dan saling telponan mengurusi persiapan perspisahan, wisuda dll, sampai pada akhirnya tibalah saat2 perpisahan itu.. ternyata perpisahan itu bukanlah hanya untuk guru dengan siswanya, tapi di dalam lubuk nun di pojok sana duduk seorang kepsek merenung “sepi dalam keramaian” tersimpan benih2 perpisahan yang sangat memilukan yaitu perasaan kepsek yang sampai detik2 perpisahan belum tersampaikan kepada si ustadzah pujaannya.... sampai jam 11 malam acara perpisahanpun selesai.
                Malam ini adalah malam terakhir karna besok si ustadzah akan meninggalkan tempat tugasnya tuk kembali ke pondoknya. semakin malam semakin perih perasaan kepsek semalaman gak bisa memejamkan mata walaupun sesaat, kini penderitaan itu semakin bertambah saat mendengar bisik2 dari temannya klo si ustadzah udah punya cowok pilihan.. “duh... Gusti harus aq apakan perasaan ini, berdosakah jika aq menyampaikan kepadanya malam ini?” (gumamnya dalam hati) “klo aq sampaikan apakah itu tidak menambah beban dia meninggalkan tempat tugasnya, karna aq tau saat nyanyian sanonara tadi perpisahan antara siswa dan dia sama2 menangis sungguh mengiris hati” (kepsek bicara sendiri kayak orang gila). Malam itu memberanikan diri tuk menelponnya. setelah menelpon beberapa lama seperti biasa ahirnya si kepsek memaksakan diri tuk ungkapin juga perasaan itu.
Kepsek                   : “Ustadzah, aq suka orang seperti kamu”
Ustadzah            : “maksudnya apa pak?” (dia menjawab tidak mengerti atau pura2 gak ngerti, yg penting udah menyampaikan perasaan itu, sedikit lega rasanya walaupun sangat sulit menyampaikannya)
Kepsek                  : “Aq ingin kmu menjadi ibu dan ustadah bagi anak2q”
Ustadah                : (lama gak jawab, mungkin msh menterjemah dr kata2 itu, entah berapa lama pada ahirnya, dengan suara ditekan, pelan dan mantap menjawab) “klo emang sungguhan sampean harus berani menghadap kiai dan ortuq”

                Byaaaar.. hati kepsek berbunga2 bagaikan bunga yg layu hampir mati tersiram kembali oleh air perindu, jangankan besok pagi, malem inipun kepsek sanggup datang ke ortuanya. BERSAMBUNG!!! (Catatan harian 6 Syawwal 1947)

Senin, 23 April 2012

AKU LAGI “GALAU!!???” (Lanjutan: Surat Buat Kekasihku Yang Hilang)

Shobat... Mungkin kata “galau” bisa mewakili perasaanku saat ini. aq tulis sebuah surat terbuka ini, tuk mencairkan rindu yang kian membeku coz sekian lama mencarimu, sampai hari ini aku nggak tahu dimana rimbamu Aku tidak mau seperti temenku si Boy, gara2 “galau” disimpan dalam hati Akhirnya opname di RS Karang Anyar (Yesfahullah/semoga Allah cepat menyembuhkannya) Shobat… Mungkin ini surat terakhirku Aku tahu kamu berat menerima kenyataan ini Aku menyadari sekarang bukanlah zaman Siti Nurbaya Tetapi sekarang zaman Siti Nur Alifach Percayalah shobat.. aku masih mencarimu dan aku masih mencintaimu. Tetapi aku tak mau dicap anak durhaka Pengabdianku kepada ortuku mengalahkan janji manis kita dulu karena ridho orang tua adalah ridhonya Allah. Beberapa bulan ini entah angin apa yang bertiup Ada obrolan aneh yang dilontarkan oleh orang tuaku Kemaren ada saudara ibuku yang main ke rumah. Ternyata selidik punya selidik dia membawa sebuah pesan Bibi yang biasa aku panggil dengan sebutan “ummi” (dia ibu angkat sodaraku) itu berkata : “Cong.. (panggilan untuk pemuda Madura) kamu kan sudah sarjana, kerja yang rajin ya.. biar bisa nabung dan segera tunangan dan cepat nikah” seperti nasehat-nasehat lainnya aku hanya mengangguk mengiyakannya sebagai tanda ta’dimku padanya, kata-kata itu diulang lagi ketika suatu saat aku mampir ke rumahnya. Beberapa hari kemudian, orang tuakupun bertanya padaku tentang masalah yang bisa menentukan pada masa depanku kelak. “Mau nggak dikenalin sama ‘NA’,dia alumni pondok loo.. dan sekarang kuliah menjelang semester akhir dan bla.. bla... ...” aku tersentak mendengar tuturnya. “udah kamu kenalan dulu ... biar kamu tau wataknya... kalo mau nikah kan harus tahu dulu ... minimal 1 tahun ... biar ....” Sebenarnya dulu waktu aku masih nyantri di Gontor, aku pernah ditanya sama ibuku tentang calon yang diinginkan, aku hanya menjawab sambil bergurau kalo aku hanya ingin lulusan pesantren. Kemudian dengan penuh selidik ibuku melanjutkan pertanyaannya: ”Kenapa kamu ingin mencari calon istri alumni pesantren, sedangkan kamu kuliah.. kok tidak yang calon sarjana aja?“ Aku enteng saja menjawab: “ya... karena aku santri dan biasanya kalo santri lebih suka kesederhanaan dan keikhlasan itu saja bagiku cukup, sedangkan kalo mahasiswi terlalu banyak racun yang dimakan sehingga pulang-pulang mereka memberontak kepada ortunya,walaupun tidak semuanya” Entah ibu ngerti apa nggak yang aku maksud ‘racun’ : Gender, liberalisme, pluralisme dll, ato korban ‘mode’ biasanya mahasiswi itu sukanya mamerin celana dalam belakangnya. . he 3x Kemudian pembicaraanpun melebar yang seakan-akan aku disuruh ibuku untuk mencari seseorang yang biasa disebut “pacar”. Duuhhh... gimana sih??? Sulit juga jelasinnya bahwa walau tahun depan aku berniat menikah (entah dengan siapa asal jangan dengan kambing he 3x), tapi aku masih ‘galau’ untuk memulai hubungan yang serius dengan tawaran ibu ato mungkin aja ane belum ta’aruf ma si dia. Lagi pula aku sebenarnya punya kriteria sendiri... yah mungkin agak beda sama kriteria ibuku. Kalo ibuku mah mungkin ingin yang terbaik juga sih, tapi mungkin ada beberapa hal yang harus difikir masak-masak. Kalo ibu menginginkan aku pacaran ama dia, itu tidak semuanya salah, mungkin maksudnya ta’aruf dulu. Sedangkan menurutku sebuah pernikahan dimulai dengan pacaran akan cenderung menuju kehancuran, karena sebuah pernikahan adalah suatu yang suci dan mulia, sedangkan pacaran adalah pelanggaran syariat, haruskah aku melanggar syariat demi menyenangkan hati ibuku??!!. Masih ingat dalam benakku... Ada teman sekolahku. Dia berpacaran dengan adik kelasnya sejak duduk di bangku Aliyah. Semasa sekolah dulu, keduanya dikenal sebagai pasangan yang serasi dan romantis. Si cowok ganteng dan pintar, sedangkan si cewek cantik dan lembut. Mereka selalu terlihat berdua, kemana pun mereka pergi. Sampek aku waktu itu iri dibuatnya. Mereka juga berikrar akan melangsungkan pernikahan, jika lulus kuliah nanti, ternyata… dipelaminan si cawek bersanding dengan pria lain. Aku tidak menanyakan lebih lanjut alasan hubungan mereka berakhir coz itu adalah pilihan hidup mereka, biarlah menjadi rahasia mereka berdua. Hingga saat ini, akal dan naluriku masih “galau” tuk menentukan pilihan, bagiku cinta adalah sebuah anugrah. Kehadirannya bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja, tanpa kita sadari dan tanpa melihat latar belakang dan masa lalunya. Cinta dapat membuat seorang yang biasa menjadi luar biasa. Ketika kita menemukan seorang yang cocok dan ada perasaan khusus, dia adalah belahan hati. Jodoh yang kita cari selama ini. Tuk masa laluku, kekasihku yang hilang, kuucapkan : “Selamat tinggal, jaga diri baik-baik, doaku kan selalu bersamamu” Tuk masa depanku nun jauh disana, aku hanya bisa berdoa: ”Ya Allah jika gempa meluluhlantakkan kotanya, Selamatkan dia dari kemurkaan-Mu, Jika tsunami menerjang tempat tinggalnya, selamatkanlah dia dengan kasih sayang-Mu Jika dia takut dan sedih, Jagalah dan hiburlah dia hingga membuatnya tersenyum karena senyumnya adalah bagian dari kebahagiaanku. Sampai merajut tali suci, dalam ikatan Sehidup semati ya….Rabb hanya kepada-Mu aku meminta. Tapi menurut feelingku sich... sang jantung hati, sang putri misteri, pujaan hatiku, pelipur lara sepanjang masa, masih JAUHHH..., belum ada petunjuk dari Allah... mungkin dia... entah lagi dimana gitu deh... atau mungkin lagi baca tulisan ini (nah loo ya???!!!! Ayooo ngaku!!!) ha 3x Klampis, 23 April 2012 By: Santri Kampung Aku ingin berbagi cerita.. Aku ingin memahami makna cinta.. Aku ingin memahami makna kehidupan dan aku ingin membuat sejarah dengannya.. Aku menghargai arti sebuah kenangan. Sehingga aku mengabadikannya dalam sebuah tulisan. Walaupun tulisan ini fiktif, aku minta maaf jika ada nama tokoh atau tempat kejadian yang sama.

Senin, 11 April 2011

“SURAT BUAT KEKASIHKU YANG HILANG”


Melalui blog ini kutulis sebuah surat, untuk melimpahkan semua rinduku yang telah terpendam sejak perpisahan itu.

Shobat…! waktu kebersamaan kita yang begitu cepat, telah mampu menorehkan harapan yang begitu dalam.

Shobat… Tak dapat lagi kita makan jagung kesukaan kamu sambil ngobrol Bahasa English ngalor-ngidul di depan Garuda Park tempat favorit nongkrong kita.

Masih kuingat saat pertama kali kita bertemu di GENTA Pare our campus, ketika kita bergantian menghafal vocabularies dan masih terukir senyum manismu yang menyegarkan duniaku saat kukatakan “aku suka kamu”. Masih terasa cubitan sayangmu saat kukatakan “aku ingin anak-anakku nanti lahir darimu dan engkaulah yang akan menjadi ustadah baginya”

Kadang aku tersenyum sendiri seperti orang gila, jika aku mengingat semua kenangan kita dulu, , tapi kini semua telah hilang.

Menjelang acara perpisahan itu, engkau sempat kirim SMS “aku tak akan pernah berhenti mencintaimu” semoga saja ini bukan SMS terakhir darimu. Di detik-detik terakhir kita berpisah di terminal, tetesan air matamu membuat kesedihan yang abadi menusuk dalam jiwaku.



Dan kini kau pergi entah kemana, membawa semua kenangan yang kita bina.

Tak ada kabar sejak perpisahan itu. Tak tahu dimana rimbamu. Yang ku tahu kau masih mencintaiku. Pada tiap desir angin yang lewat ku kirimkan kabar buatmu dan bila ku rindu padamu kutatap bintang, dan kuberharap temukan dirimu diantara seribu bintang.

Tapi, terkadang aku tersiksa oleh rasa kesendirian. Tertinggal dalam hidup yang tak lagi punya makna dan harapan, Ya Allah… Ya Tuhanku, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, masih adakah dia? kalau memang sudah tidak ada, tunjukkan dimanakah nisannya?

Untuk shobatku tercinta, yang kini telah hilang. Semoga cintamu tak pernah menghilang. Karena aku juga ” tak akan pernah berhenti mencintaimu”

Dari: yang merindukanmu

02 April 2011

Rabu, 03 November 2010

Jumat, 27 Agustus 2010

Idiih, Puasa Kok Bohong!



Di akhir Pondok Ramadhan saya menemukan hal yang luar biasa, seorang siswa berdebat dengan temannya. Ketika temannya tadi dilihatnya melakukan kebohongan, ia langsung berkata kepadanya, ”Idiih, Puasa Kok Bohong, kita sedang berpuasa, tidak boleh berbohong.”. Temannya tadi menjawab, ”Memang kalau tidak berpuasa kita boleh berbohong?”. ”Bukan begitu,” sahut siswa tadi. ”Kata ibu, orang puasa itu kalau berbohong puasanya batal,” tambahnya. ”Ah, mana mungkin puasa kita batal, bukankah kita tidak makan dan tidak minum?” jawab teman tadi mendebat. ”

Itulah diskusi tingkat siswa MI pada acara Pondok Ramadhan. Kendati demikian, substansi diskusi itu tidak hanya berkaitan dengan anak-anak, tetapi juga sering melibatkan orang dewasa. Banyak orang beranggapan bahwa berbohong dan atau menggunjing orang lain saat berpuasa akan membatalkan puasanya. Bagaimana sebenarnya duduk perkaranya?.

Hadits Palsu
Sebenarnya kata ibu seorang siswa tadi adalah sebuah Hadits, teks lengkapnya sebagai berikut: ”Lima hal yang membatalkan orang berpuasa, dan membatalkan wudlu. Berbohong, mengumpat, mengadu domba, melihat lawan jenis dengan syahwat, dan sumpah palsu.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu al-Fath al-Azdi dalam kitabnya al-Dhu’afa wa al-Matrukin, dan al-Dailami dalam Musnad al-firdaus, berasal dari Anas bin Malik. Imam al-Suyuti menyatakan bahwa Hadits ini dha’if. Sementara para ahli Hadits lain, seperti Abu Hatim, Ibn al-Jauzi, al-Iraqi dan al-Dzahabi menilai Hadits ini palsu. Hadits ini juga tercantum dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din, Hadits ini palsu. Juga tercantum dalam kitab Durroh al-Nashihin karya Utsman al-Khubbani, tanpa menyebutkan kualitasnya. Penilaian al-Suyuti ini tidak bertentangan dengan penilaian para ahli Hadits yang lain, karena Hadits palsu itu bagian dari Hadits dha’if.

Kepalsuan Hadits ini cukup parah, karena di dalam sanadnya terdapat rawi-rawi pendusta. Mereka itu antara lain Sa’id bin Anbasah, Muhammad bin al-Hajjaj al-Himshi dan Jaban. Menurut kritikus Hadits Imam Yahya bin Ma’in, Sa’id bin Anbasah adalah pendusta. Begitu pula menurut kritikus Hadits al-Iraqi. Sementara Muhammad bin al-Hajjaj al-Himshi menurut al-Azdi tidak boleh ditulis Haditsnya. Sedangkan Jaban menurut al-Dzhabi tidak dikenal identitasnya, bahkan menurut al-Azdi, Jaban adalah matruk al-Hadits (Haditsnya matruk, semi palsu).

Dalam disiplin ilmu Hadits, apabila dalam sanad sebuah Hadits terdapat satu rawi saja yang pendusta, maka Hadits itu dapat dinilai sebagai Hadits palsu atau Hadits semi palsu. Dan dalam Hadits pembatal puasa ini rawi-rawi yang lemah itu lebih dari satu orang. Karenanya, kualitas Hadits ini sangat parah, sangat palsu, karena rawi-rawi yang pendusta lebih dari satu orang. Ini belum ditambah rawi lain yang terdapat dalam sanad Hadits tersebut, yang juga lemah, seperti Baqiyah, kendati tidak separah yang lain.

Matannya Juga Lemah
Disamping lemah dari segi sanadnya, Hadits ini juga lemah dari segi matannya. Hal itu, karena Hadits itu menyebutkan bahwa perbuatan bohong, mengadu domba, mengumpat, melihat lawan jenis dengan syahwat dan bersumpah palsu adalah membatalkan puasa dan wudlu’.

Dalam kitab-kitab fiqih (hukum Islam), tidak ditemukan keterangan bahwa berbohong dan sebagainya itu membatalkan wudlu’. Apabila perbuatan-perbuatan itu tidak membatalkan wudlu’, maka hal itu juga tidak membatalkan puasa. Karena wudlu’ di situ disebutkan satu rangkaian dengan puasa.

Menghancurkan Pahala
Kendati Hadits itu palsu dan tidak dapat dijadikan dalil sama sekali, namun lima perbuatan itu tetap dilarang oleh agama. Karena perbuatan tersebut akan mendatangkan dosa, dan dosa dapat menghancurkan pahala ibadah.

Karenanya, meskipun Hadits itu palsu, namun hal itu tidak berarti ketika sedang berpuasa kita boleh berbohong dan sebagainya. Lima perbuatan itu tetap tidak boleh dikerjakan, baik kita sedang berpuasa maupun sedang tidak berpuasa. Hal itu karena ada Hadits lain yang shahih yang melarang perbuatan tersebut.

(Silahkan hadits-hadits di atas juga di koreksi di Maktabah Samilah)

Senin, 23 Agustus 2010

Catatan Pondok Ramadhan



Pada hari pertama pondok ramadhan ada hal menarik yang perlu aku tulis mungkin bisa diambil hikmahnya, seorang siswa bertanya kepadaku, katanya: "pak ustad boleh gak ya, kumur-kumur waktu puasa dengan alasan supaya gak bau mulut?.." sambil tersenyum aku jawab: "ini pertanyaan yang paling bagus"

Berkumur saat puasa? Begini anak-anakku.. (belum punya istri tapi udah banyak anak nich..) Tidak semua yang masuk kedalam mulut itu membatalkan puasa. Secara logika mungkin kita berfikir: Jika kita berkumur tentu akan ada air yang bercampur dengan air liur, walaupun sedikit tentu akan tertelan.

Mungkin berfikir logika seperti itu benar adanya. Tapi ada satu hukum yang pasti dalam agama ini: DAHULUKAN DALIL DARI AKAL, DAHULUKAN NASH DARI FIKIRAN ANNAAS (MANUSIA).

Nah untuk menjawab masalahmu ini, dan masalah masalah lainnya tentunya, kita harus mencari dulu ada tidaknya dalil yang berkaitan.

Pertama, tentu al quran, jika tidak ditemukan cari hadistnya, jika masih tidak ditemukan, cari ketetapan2 ulama yang disepakati jumhur.

Ingat anak-anakku, jika Islam ini mengatur adab ke kamar mandi, tentulah tidak ada 1 masalah pun yang akan Islam lewatkan. Termasuk pertanyaanmu ini.

Kembali ke pertanyaanmu, berikut ada beberapa hadits yang bisa menjawabnya:

Dari Umar bin Al-Khatab ra. berkata, "Suatu hari aku beristirahat dan mencium isteriku sedangkan aku berpuasa. Lalu aku datangi nabi SAW dan bertanya, "Aku telah melakukan sesuatu yang fatal hari ini. Aku telah mencium dalam keadaan berpuasa." Rasulullah SAW menjawab, "Tidakkah kamu tahu hukumnya bila kamu berkumur dalam keadaan berpuasa?" Aku menjawab, "Tidak membatalkan puasa." Rasulullah SAW menjawab, "Maka mencium itu pun tidak membatalkan puasa." (HR Ahmad dan Abu Daud)

Dari Laqith bin Shabrah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sempurnakanlah wudhu', dan basahi sela jari-jari, perbanyaklah dalam istinsyak (memasukkan air ke hidung), kecuali bila sedang berpuasa." (HR Arba'ah dan Ibnu Khuzaemah menshahihkannya).

Untuk hadits ke-2 yang dimaksud ulama menyamakan kedudukan istinsyak (memasukkan air kedalam hidung) dengan berkumur. Cermati kalimat "Kecuali bila sedang berpuasa". Kalimat itu bukanlah larangan melakukannya tapi larangan untuk berlebih-lebihan (terlalu banyak).

Kesimpulannya anak-anakku.., berkumur boleh asal tidak berlebihan dan tidak dimaksudkan untuk menghilangkan haus atau sengaja ingin menelan airnya..

Catatan Pondok Ramadhan


Pada hari pertama pondok ramadhan ada hal menarik yang perlu aku tulis mungkin bisa diambil hikmahnya, seorang siswa bertanya kepadaku, katanya: "pak ustad boleh gak ya, kumur-kumur waktu puasa dengan alasan supaya gak bau mulut?.." sambil tersenyum aku jawab: "ini pertanyaan yang paling bagus"

Berkumur saat puasa? Begini anak-anakku.. (belum punya istri tapi udah banyak anak nich..) Tidak semua yang masuk kedalam mulut itu membatalkan puasa. Secara logika mungkin kita berfikir: Jika kita berkumur tentu akan ada air yang bercampur dengan air liur, walaupun sedikit tentu akan tertelan.

Mungkin berfikir logika seperti itu benar adanya. Tapi ada satu hukum yang pasti dalam agama ini: DAHULUKAN DALIL DARI AKAL, DAHULUKAN NASH DARI FIKIRAN ANNAAS (MANUSIA).

Nah untuk menjawab masalahmu ini, dan masalah masalah lainnya tentunya, kita harus mencari dulu ada tidaknya dalil yang berkaitan.

Pertama, tentu al quran, jika tidak ditemukan cari hadistnya, jika masih tidak ditemukan, cari ketetapan2 ulama yang disepakati jumhur.

Ingat anak-anakku, jika Islam ini mengatur adab ke kamar mandi, tentulah tidak ada 1 masalah pun yang akan Islam lewatkan. Termasuk pertanyaanmu ini.

Kembali ke pertanyaanmu, berikut ada beberapa hadits yang bisa menjawabnya:

Dari Umar bin Al-Khatab ra. berkata, "Suatu hari aku beristirahat dan mencium isteriku sedangkan aku berpuasa. Lalu aku datangi nabi SAW dan bertanya, "Aku telah melakukan sesuatu yang fatal hari ini. Aku telah mencium dalam keadaan berpuasa." Rasulullah SAW menjawab, "Tidakkah kamu tahu hukumnya bila kamu berkumur dalam keadaan berpuasa?" Aku menjawab, "Tidak membatalkan puasa." Rasulullah SAW menjawab, "Maka mencium itu pun tidak membatalkan puasa." (HR Ahmad dan Abu Daud)

Dari Laqith bin Shabrah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sempurnakanlah wudhu', dan basahi sela jari-jari, perbanyaklah dalam istinsyak (memasukkan air ke hidung), kecuali bila sedang berpuasa." (HR Arba'ah dan Ibnu Khuzaemah menshahihkannya).

Untuk hadits ke-2 yang dimaksud ulama menyamakan kedudukan istinsyak (memasukkan air kedalam hidung) dengan berkumur. Cermati kalimat "Kecuali bila sedang berpuasa". Kalimat itu bukanlah larangan melakukannya tapi larangan untuk berlebih-lebihan (terlalu banyak).

Kesimpulannya anak-anakku.., berkumur boleh asal tidak berlebihan dan tidak dimaksudkan untuk menghilangkan haus atau sengaja ingin menelan airnya..