Madura Lumbung Santri dan Intelektual

Senin, 23 April 2012

AKU LAGI “GALAU!!???” (Lanjutan: Surat Buat Kekasihku Yang Hilang)

Shobat... Mungkin kata “galau” bisa mewakili perasaanku saat ini. aq tulis sebuah surat terbuka ini, tuk mencairkan rindu yang kian membeku coz sekian lama mencarimu, sampai hari ini aku nggak tahu dimana rimbamu Aku tidak mau seperti temenku si Boy, gara2 “galau” disimpan dalam hati Akhirnya opname di RS Karang Anyar (Yesfahullah/semoga Allah cepat menyembuhkannya) Shobat… Mungkin ini surat terakhirku Aku tahu kamu berat menerima kenyataan ini Aku menyadari sekarang bukanlah zaman Siti Nurbaya Tetapi sekarang zaman Siti Nur Alifach Percayalah shobat.. aku masih mencarimu dan aku masih mencintaimu. Tetapi aku tak mau dicap anak durhaka Pengabdianku kepada ortuku mengalahkan janji manis kita dulu karena ridho orang tua adalah ridhonya Allah. Beberapa bulan ini entah angin apa yang bertiup Ada obrolan aneh yang dilontarkan oleh orang tuaku Kemaren ada saudara ibuku yang main ke rumah. Ternyata selidik punya selidik dia membawa sebuah pesan Bibi yang biasa aku panggil dengan sebutan “ummi” (dia ibu angkat sodaraku) itu berkata : “Cong.. (panggilan untuk pemuda Madura) kamu kan sudah sarjana, kerja yang rajin ya.. biar bisa nabung dan segera tunangan dan cepat nikah” seperti nasehat-nasehat lainnya aku hanya mengangguk mengiyakannya sebagai tanda ta’dimku padanya, kata-kata itu diulang lagi ketika suatu saat aku mampir ke rumahnya. Beberapa hari kemudian, orang tuakupun bertanya padaku tentang masalah yang bisa menentukan pada masa depanku kelak. “Mau nggak dikenalin sama ‘NA’,dia alumni pondok loo.. dan sekarang kuliah menjelang semester akhir dan bla.. bla... ...” aku tersentak mendengar tuturnya. “udah kamu kenalan dulu ... biar kamu tau wataknya... kalo mau nikah kan harus tahu dulu ... minimal 1 tahun ... biar ....” Sebenarnya dulu waktu aku masih nyantri di Gontor, aku pernah ditanya sama ibuku tentang calon yang diinginkan, aku hanya menjawab sambil bergurau kalo aku hanya ingin lulusan pesantren. Kemudian dengan penuh selidik ibuku melanjutkan pertanyaannya: ”Kenapa kamu ingin mencari calon istri alumni pesantren, sedangkan kamu kuliah.. kok tidak yang calon sarjana aja?“ Aku enteng saja menjawab: “ya... karena aku santri dan biasanya kalo santri lebih suka kesederhanaan dan keikhlasan itu saja bagiku cukup, sedangkan kalo mahasiswi terlalu banyak racun yang dimakan sehingga pulang-pulang mereka memberontak kepada ortunya,walaupun tidak semuanya” Entah ibu ngerti apa nggak yang aku maksud ‘racun’ : Gender, liberalisme, pluralisme dll, ato korban ‘mode’ biasanya mahasiswi itu sukanya mamerin celana dalam belakangnya. . he 3x Kemudian pembicaraanpun melebar yang seakan-akan aku disuruh ibuku untuk mencari seseorang yang biasa disebut “pacar”. Duuhhh... gimana sih??? Sulit juga jelasinnya bahwa walau tahun depan aku berniat menikah (entah dengan siapa asal jangan dengan kambing he 3x), tapi aku masih ‘galau’ untuk memulai hubungan yang serius dengan tawaran ibu ato mungkin aja ane belum ta’aruf ma si dia. Lagi pula aku sebenarnya punya kriteria sendiri... yah mungkin agak beda sama kriteria ibuku. Kalo ibuku mah mungkin ingin yang terbaik juga sih, tapi mungkin ada beberapa hal yang harus difikir masak-masak. Kalo ibu menginginkan aku pacaran ama dia, itu tidak semuanya salah, mungkin maksudnya ta’aruf dulu. Sedangkan menurutku sebuah pernikahan dimulai dengan pacaran akan cenderung menuju kehancuran, karena sebuah pernikahan adalah suatu yang suci dan mulia, sedangkan pacaran adalah pelanggaran syariat, haruskah aku melanggar syariat demi menyenangkan hati ibuku??!!. Masih ingat dalam benakku... Ada teman sekolahku. Dia berpacaran dengan adik kelasnya sejak duduk di bangku Aliyah. Semasa sekolah dulu, keduanya dikenal sebagai pasangan yang serasi dan romantis. Si cowok ganteng dan pintar, sedangkan si cewek cantik dan lembut. Mereka selalu terlihat berdua, kemana pun mereka pergi. Sampek aku waktu itu iri dibuatnya. Mereka juga berikrar akan melangsungkan pernikahan, jika lulus kuliah nanti, ternyata… dipelaminan si cawek bersanding dengan pria lain. Aku tidak menanyakan lebih lanjut alasan hubungan mereka berakhir coz itu adalah pilihan hidup mereka, biarlah menjadi rahasia mereka berdua. Hingga saat ini, akal dan naluriku masih “galau” tuk menentukan pilihan, bagiku cinta adalah sebuah anugrah. Kehadirannya bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja, tanpa kita sadari dan tanpa melihat latar belakang dan masa lalunya. Cinta dapat membuat seorang yang biasa menjadi luar biasa. Ketika kita menemukan seorang yang cocok dan ada perasaan khusus, dia adalah belahan hati. Jodoh yang kita cari selama ini. Tuk masa laluku, kekasihku yang hilang, kuucapkan : “Selamat tinggal, jaga diri baik-baik, doaku kan selalu bersamamu” Tuk masa depanku nun jauh disana, aku hanya bisa berdoa: ”Ya Allah jika gempa meluluhlantakkan kotanya, Selamatkan dia dari kemurkaan-Mu, Jika tsunami menerjang tempat tinggalnya, selamatkanlah dia dengan kasih sayang-Mu Jika dia takut dan sedih, Jagalah dan hiburlah dia hingga membuatnya tersenyum karena senyumnya adalah bagian dari kebahagiaanku. Sampai merajut tali suci, dalam ikatan Sehidup semati ya….Rabb hanya kepada-Mu aku meminta. Tapi menurut feelingku sich... sang jantung hati, sang putri misteri, pujaan hatiku, pelipur lara sepanjang masa, masih JAUHHH..., belum ada petunjuk dari Allah... mungkin dia... entah lagi dimana gitu deh... atau mungkin lagi baca tulisan ini (nah loo ya???!!!! Ayooo ngaku!!!) ha 3x Klampis, 23 April 2012 By: Santri Kampung Aku ingin berbagi cerita.. Aku ingin memahami makna cinta.. Aku ingin memahami makna kehidupan dan aku ingin membuat sejarah dengannya.. Aku menghargai arti sebuah kenangan. Sehingga aku mengabadikannya dalam sebuah tulisan. Walaupun tulisan ini fiktif, aku minta maaf jika ada nama tokoh atau tempat kejadian yang sama.